Kisah Ade Kurniawan, Olah Limbah Tongkol Jagung Jadi Kerajinan Bernilai Jutaan
Ade Kurniawan, atau sering di sapa Kak Ade , merupakan lulusan Pendidikan Seni Kriya Universitas Negeri Yogyakarta yang kini menjalankan usaha kreatif bernama CIP Janggel. Kak Ade merupakan alumni UKM Kewirausahaan UNY tahun 2022 sebagai staf Badan Usaha yang sekarang menjadi Business Center. Ketertarikannya pada kerajinan sudah sejak kelas 2 SMA, ketika mengelola limbah tongkol jagung (janggel) menjadi produk kerajinan dan bahkan pernah meraih juara 1 di FLS2N. Karya awalnya yang berupa tempat tisu, hingga sekarang membuatnya semakin menekuni bidang ini.
Perjalanan Kak Ade tidak selalu mudah. Ia pernah berada di titik hampir menyerah karena modal terbatas dan proses produksi yang sempat terhambat. Namun, dengan berbagai pengalaman yang ia jalani, membuka banyak peluang hingga akhirnya mempertemukannya dengan para mentor hebat. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah saat ia tampil di Metro TV dan berkesempatan bertemu langsung dengan para pengusaha. Kesempatan lain juga datang saat diundang dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Pada kegiatan itu, stand nya dikunjungi langsung oleh Bapak Sandiaga Uno dan berkesempatan untuk berbicara serta mendapatkan wawasan baru.
Penasaran dengan kisah lengkap perjuangan Kak Ade? Cerita selengkapnya dapat di akses melalui channel YouTube UKM Kewirausahaan UNY pada tautan ini https://youtu.be/M2qXLpK_cDo?si=AVYuK7T2uqLlk7S0
KUPAS PRESTASI #2 – TIPS MANAJEMEN WAKTU ALA KAK MARLITA
Pada edisi kedua Kupas Prestasi, UKMKu Talk menghadirkan seorang narasumber inspiratif yaitu kak Marlita. Ia bukan sekadar mahasiswa biasa, melainkan seorang yang konsisten menjaga produktivitas sekaligus mengatur waktu antara kuliah, organisasi, wirausahawan, dan kehidupan pribadinya.
Melalui cerita dan pengalamannya, Kak Marlita membagikan bagaimana Ia memanfaatkan waktu secara efisien sehingga setiap kegiatannya dapat berjalan dengan optimal. Jika kamu ingin belajar seputar kedisiplinan serta rutinitas produktif dengan tetap menikmati setiap aktivitas harianmu tanpa merasa kewalahan, maka konten ini wajib kamu tonton.
Tertarik dengan kisah lengkapnya? Yuk, langsung klik tautan di bawah ini. Siapa tahu, dari video ini kamu bisa menemukan cara terbaik versi dirimu sendiri untuk mengatur waktu dengan lebih efisien.
Theo Derick adalah seorang entrepreneur, influencer di bidang keuangan dan pengembangan diri, telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang berkat prestasinya yang luar biasa di usia muda, dimulai dari titik nol. Dengan sikap yang penuh semangat dan positif, Theo berhasil memotivasi masyarakat melalui konten-kontennya.
Melalui podcast nya dengan Raditya Dika, Theo menceritakan bagaimana awal menjadi entrepreneurship sejak tahun 2015. Mulai dari berjualan tempered glass, powerbank, cardigan, hingga kue lapis. Dari usaha-usaha kecil itu, ia sempat mendapatkan puluhan juta rupiah yang menunjukkan bahwa dengan usaha sederhana pun bisa mendatangkan penghasilan yang berarti bahkan saat masih menjadi mahasiswa.
Setelah berjualan, Theo kemudian berpindah ke bisnis yang lebih besar, ia mulai menjalankan bisnis dalam bentuk event. Dari bisnis event itulah, Theo benar-benar merasakan skala usaha yang berbeda bukan sekadar jual produk tapi mengorganisir event, mengajak banyak vendor/tenant, manajemen logistik, keuangan, promosi, negosiasi, dan sebagainya. Namun, tidak selalu mulus, Theo juga berbagi pengalaman soal kegagalan di salah satu event, termasuk beban mental & material yang membuatnya belajar bahwa bisnis besar punya risiko yang besar juga.
Dari obrolan selama di podcast, banyak insight penting yang bisa diambil, antara lain:
Paham dulu model bisnis anda.
Perlu benar-benar paham akan basic teknis oprasional bisnis anda.
Harus paham akan piutang
Salah satu momen paling menyentuh dalam kisah Theo adalah ketika ia sedang mengerjakan event besar pertamanya. Ia punya tabungan 50 juta, namun tiba-tiba seluruh uang itu harus dipakai untuk kebutuhan keluarga. Hanya tersisa 1,5 juta, padahal event tinggal dua bulan lagi. Theo sempat terpukul, stres, dan merasa semua perjuangannya sia-sia. Tetapi justru dari kondisi itulah ia melihat adanya pertolongan yang tidak disangka-sangka. Ia akhirnya mendapatkan kembali lebih banyak dari yang hilang. Momen itu membuatnya sadar bahwa perjalanan bisnis bukan hanya soal strategi dan kerja keras, tetapi juga soal doa orang tua, keberkahan, dan kebaikan orang-orang yang mendukung.
Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dinamika itu, Theo mengubah cara pandangnya. Ia tidak lagi mengejar angka atau target yang besar. Ia memilih untuk fokus menjalani hari dengan sebaik-baiknya, menikmati proses, dan selalu menutup hari dengan rasa syukur. Menariknya, ketika ia berhenti terlalu mengejar hasil, justru hidup dan kariernya berkembang lebih cepat.